top of page

Asal Muasal Pesarean Gunung Kawi

Di masa kehidupannya, Eyang Kyai Zakaria II atau Eyang Djoego berpesan kepada muridnya, Eyang Raden Mas Iman Soedjono, bahwa beliau ingin dimakamkan di lereng Gunung Kawi. Setelah kepergian Eyang Djoego pada tahun 1871, Eyang RM Iman Soedjono dan beberapa murid Eyang Djoego menetap di daerah Wonosari, Gunung Kawi, untuk merawat makam beliau dan membangun komunitas setempat. Pada tahun 1876, Eyang RM Iman Soedjono meninggal dan dikebumikan di sebelah Eyang Djoego, dan makam beliau berdua hingga saat ini terus dikunjungi oleh peziarah dari seluruh penjuru nusantara.

 

Gapura di Area Pesarean Gunung Kawi

Gapura dan Relief Pesarean Gunung Kawi selesai dibangun pada tahun 1971. Karya ini dikerjakan oleh seniman dari kota Malang yang bernama Bapak Totok, dengan gaya arsitektur Demak atas permintaan Eyang HR. Nitiredjo dan Eyang HR. Soeryowidagdo.

​

Gapura di Pesarean Gunung Kawi dibangun di tiga lokasi karena dalam kepercayaan orang Jawa, manusia hidup melalui tiga fase penting yaitu: fase kelahiran, fase kedewasaan dan fase kematian.

 
bottom of page