Khoul Eyang Jugo adalah acara tahunan untuk memperingati wafatnya Eyang Jugo, penasehat spiritual Pangeran Diponegoro pada jaman kolonial Belanda yang dimakamkan di lereng Gunung Kawi. Khoul Eyang Jugo dimulai pada hari Selasa, 08 Juni 2021 hingga berakhir pada hari Sabtu, 12 Juni 2021. Rangkaian acara dilangsungkan di Pesarean Gunung Kawi dengan dihadiri oleh Kepala Desa Wonosari, Babinsa Wonosari serta Polsek Wonosari.
Khoul Eyang Jugo dimulai dari Ngelentik yang digelar pada Selasa, 08 Juni 2021. Setelah Ngelentik, pada hari Rabu, 09 Juni 2021 digelar acara Ngudek Jenang serta Ruwah Rosul. Selanjutnya, hari Kamis, 10 Juni 2021 diselenggarakan Pagelaran Wayang Kulit. Puncak acara yakni Penyekaran Agung, digelar pada hari Jumat, 11 Juni 2021. Sebagai penutup Khoul Eyang Jugo yang ke-150 tahun, Sabtu, 12 Juni 2021 dilaksanakan Terbang Jidor.
Ngelentik adalah proses membuat minyak kelapa dengan pemasakan tradisional menggunakan pawon (perapian yang terbuat dari tanah atau batu bata dengan kayu sebagai bahan bakar). Hasil dari proses ini adalah minyak kelapa atau biasa disebut Klentik yang nantinya akan digunakan sebagai bahan membuat Jenang. Langkah membuat Klentik cukup sederhana, pertama parut kelapa tua kemudian peras hingga menghasilkan santan, setelah santan siap masukkan kedalam kawah atau wajan besar yang digunakan untuk membuat Jenang. Lalu, masak santan tersebut diatas pawon sambil diaduk perlahan terus menerus hingga menghasilkan minyak kelapa.
Jenang adalah makanan yang berbahan dasar tepung ketan, Jenang hampir selalu hadir dalam setiap perayaan tradisi Jawa karena kaya akan filosofi misalnya, cara pembuatan yang dilakukan bersama-sama melambangkan tujuan akan tercapai jika semuanya bersatu, selain itu gotong royong membuat sesuatu yang berat menjadi ringan. Selain menjadi tradisi, Ngudek Jenang juga menjadi ajang untuk berkumpul serta membina kerukunan bagi masyarakat.
Ruwah Rosul adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, pembacaan tahlil dan doa kepada leluhur dan anggota keluarga yang telah wafat, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur. Tujuan tradisi Ruwah Rosul adalah mengenang leluhur serta mengirim doa untuk leluhur dan keluarga yang telah wafat.
Pagelaran wayang kulit menjadi acara yang wajib dilaksanakan dalam khoul Eyang Jugo maupun khoul Raden Mas Iman Soedjono. Tujuannya untuk "suguh" atau berdoa supaya keluarga dan seluruh warga Wonosari mendapat keberkahan, kesehatan, keselamatan dan kelancaran rejeki dan pekerjaan. Oleh karena itu, lakon wayang berisi tentang jalan hidup yang menuju kebaikan dan kesempurnaan.
Pagelaran wayang kulit tersebut mengambil lakon Banyu Panguripan yang dibawakan oleh dalang Ki Gadhing Panjalu yang berasal dari kota Sragen, Jawa Tengah serta lakon Bimo Labuh yang dibawakan oleh dalang Ki Setyo Wahyudi yang berasal dari desa Sumbertempur, Kecamatan Wonosari.
Penyekaran Agung diawali dengan menata sesaji pada pagi hari, kemudian pada pukul 15.30, seluruh sesaji dibawa dari depan Loket Pemesanan menuju Masjid Agung Raden Mas Iman Soedjono. Dari Masjid Agung, sesaji kemudian dibawa menuju Pendopo Pesarean Gunung Kawi. Setelah sampai, seluruh sesaji diletakkan di meja sandingan dilanjutkan penyekaran agung, pembacaan surat Yasin, tahlil, dan berdoa yang dipimpin oleh modin serta prosesi yang terakhir adalah selamatan di Pendopo.
Terbang Jidor berupa pembacaan Sholawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW dengan diiringi alat musik rebana dan jidor (alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul, bentuknya mirip bedug). Sholawat adalah satu ungkapan yang penuh dengan nuansa-nuansa sastra yang berisi puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.
Khoul Eyang Jugo merupakan tradisi setahun sekali di Pesarean Gunung Kawi yang dilaksanakan secara turun temurun sehingga harus dijaga kelestariannya agar warisan budaya tidak hilang dimakan masa.
Sumber :
Pribadi
Yunus dalam Syahrul, 2006
Comments